Have an account?

2.07.2010

Jilbab dan Rasa Percaya Diri

--- In jurnalisme@yahoogro ups.com, Sirikit Syah wrote:

Tahun 94-95 saya tinggal di AS. Beberapa sahabat saya laki-laki Afrika
dan Amerika mengomentari para perempuan Malaysia yang menutup auratnya
termasuk rambutnya. Saya belum berjilbab. Kata laki-laki: "Kalau saya
mau kawin, saya gak mau sama perempuan-perempuan Malaysia itu. Seperti
beli kucing dalam karung. Gak tahu bentuk tubuhnya, kepalanya, warna
kulitnya." Dasar laki-laki! Sebagai perempuan, saya bela perempuan
Malaysia: "Bersyukurlah perempuan itu tidak kau kawini, lelaki yang
hanya berorientasi pada tubuh dan seks. Mereka menunggu lelaki yang
baik, yang akan melamar mereka karena tujuan perkawinan yang lebih
luhur."


Sekarang saya berjilbab. Ada saja yang mengejek saya, berjilbab karena
sudah tidak muda lagi, berjilbab karena ingin menyembunyikan mundurnya
kualitas keindahan rambut, warna kulit, dan bentuk tubuh, berjilbab
karena tidak PD (percaya diri), berjilbab karena pengaruh Arab,
berjilbab karena dipaksa suami yang kuatir istrinya terlalu menarik bagi
rekan-rekan kerja dan relasinya, dst .......

Saya heran di milis yang saya kira intelek ini masih ada laki-laki yang
mengatakan "orang berjilbab itu rendah diri dan tunduk pada Arab".
Sungguh saya heran pada level intelektual macam ini yang menjadi anggota
milis ini. Tentu ada yang tidak suka pada orang berjilbab dan berjubah.
tetapi itu selera pribadi, dan tak membuatnya berhak mengejek/mengecam.
Banyak juga orang yang tidak suka melihat perempuan mengurai rambutnya
dan mempertontokan ketiak dan pusernya. Tetapi saya tak pernah membaca
rekan Muslim/Muslimah di milis ini yang mengata-ngatai atau mencela
golongan perempuan semacam itu. Cukup disimpan sebagai pendapat pribadi.
kebebasan berpendapat, bila diumbar, akan menimbulkan friksi yang tak
perlu.

Ada orang mengata-ngatai jilbab dan lainnya diam saja, tetapi ketika
serangan dibalas, orang lain yang tadinya diam saja malah bilang "bosan
ah!".

Saya mengamati para pemakai jilbab ada yang sangat cantik, berkulit
bersih, rambutnya indah, tubuhnya langsing. Mengapa mereka menutup
dirinya? Karena menurut mereka, "kecantikan bukan barang dagangan".
menurut mereka "kalau ada yang melamar aku, biarlah mereka melamar
karena kepribadian atau intelektualitasku. "

Saya sendiri merasa jauh lebih cantik kalau tidak berjilbab. Aku pakai
jilbab apa saja tidak pantas. Tak pandai merangkai kain di atas kepala,
tidak sempat pula, terburu-buru setiap berangkat kerja. Jujur, aku
merasa diriku tidak makin menarik dengan berjilbab dan baju serba
tertutup. Saudara-saudaraku ada yang mencela penampilanku seperti
pembantu rumah tangga, TKW, dll. tetapi aku sangat PERCAYA DIRI. Aku
percaya kalau aku datang di sebuah pertemuan atau kerumuman, mereka
melihat what is inside me, who I really am, bukan baguskah bajunya?
Orang-orang mendengarkan aku. Aku sangat PD dalam hal ini. Aku tidak
pusing dengan baju agak kedodoran, tidak match dengan jilbab, jilbab
yang sekadar disampirkan. Aku tak peduli keindahan rambutku tersembunyi.
Aku cuek aja kelihatan lebih jelek. Aku berjilbab BUKAN UNTUK KELIHATAN
LEBIH MENARIK. Dan aku melihat banyak perempuan berjilbab, cantik atau
tidak cantik, tidak pusing-pusing. Mereka adalah orang yang paling
percaya diri yang pernah aku temui.

Tanpa bermaksud mencela, aku sering berpikir ketika melihat perempuan
cantik berkulit putih bersih, pakai hot pants sampai pangkal paha, mulus
kakinya, perutnya terbuka, bagus pusernya, pakai tank top, halus juga
ketiak dan pundaknya, serta rambut yang indah terurai. Aku berpikir:
"apa yang tersisa bagi suami mereka kelak?", juga "apakah mereka tidak
cukup PD sehingga mempertontonkan milik mereka yang paling berharga?"
Mudah-mudahan mereka bukan golongan orang yang tidak PD, atau yang
menjual tubuh dan seksualitas untuk memenangkan pergaulan atau
perkawinan. Sekali lagi ini bukan celaan, melainkan counter-argument
atas tuduhan "perempuan berjilbab adalah orang minder". Semoga tak ada
lagi di antara kita yang saling mencela. Perbedaan itu kekayaan. Di
Indonesia ada yang pakai sarung gaya orang Madura, ada yang pakai
pantalon gaya barat, ada yang pakai jubah gaya Arab. Anda termasuk yang
mana? Kebebasan berpendapat tidak perlu menanggalkan sopan santun.

salam,
sirikit syah

1 comments:

Sholeh Aditia Atmaja said...

Subhanallah..
semoga Allah Selalu melindungi..

memang wanita sperti itu yang da seharusny, telah di jelaskan dalam QS An-Nur ayat 31,,,

Post a Comment